Minggu, 09 Oktober 2016

Human Interest


 

SAMSUL, ANAK KULI YANG BERHASIL

 (Inspirasi)

Negeri ini adalah  negeri dengan jumlah populasi penduduk sekitar 254 juta. Berlimpahnya sumber daya manusia membuat negeri ini kehabisan lahan untuk menampung para pengangguran. Mereka yang harusnya bekerja untuk melanjutkan hidup mereka, hanya bisa pasrah meratapi persaingan yang semakin sulit. Merekalah orang-orang yang sebagian besar memiliki nasib yang kurang beruntung dan mendominasi negeri ini.

Latar belakang yang tidak mendukung mereka untuk bersaing mengejar keberhasilan. Bangku- bangku dengan jabatan yang menjanjikan kesuksesan hanya khayalan bagi mereka, karena latar belakang pendidikan mereka yang tidak memenuhi syarat untuk bergabung di perusahaan-perusahaan elit di negeri ini. Jangankan untuk bekerja, untuk berwirausaha pun sulit bagi mereka. krisisnya ekonomi di negeri ini juga menjadi penghambat mereka untuk berdiri sendiri.

Pendidikan adalah hal penting untuk sebagian besar penduduk di Indonesia. Tak jarang mereka yang sudah pesimis terhadap nasib pendidikan anak-anak mereka, membuat mereka lebih memilih untuk berhenti mengejar ilmu. Alasannya pun beragam, namun alasan yang paling sering di dengar adalah karena mereka merasa nasib mereka tak akan berubah hanya karena sekolah. Sehingga mereka lebih memilih mengajak anak-anaknya untuk bekerja berjuang bersama mereka untuk mencari pundi-pundi rupiah.

Di jaman yang serba mahal seperti saat ini, jangankan untuk mengenyam pendidikan untuk makan pun dirasa sulit. Itu lah yang sering dirasakan Sukarto seorang kuli batu bersama sang isteri Katmiati. Mereka adalah sebagian kecil  potret kemiskinan di negeri kita. Keluarga sederhana yang menghabiskan waktunya untuk mengumpulkan batu di Desa Ngesong Kecamatan Plemahan Kabupaten Kediri ini bekerja sepanjang hari hanya sekedar untuk bisa mengisi perut.

Sukarto hanya seorang kuli batu di desa, tak banyak yang bisa ia harapkan dari pekerjaannya itu. Untuk bisa menyekolahkan anaknya hingga 9 tahun saja sudah dirasa sangat berhasil baginya. Kadang ia berangan untuk bisa menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi dan berharap anaknya dapat sukses dan berhasil. Tidak seperti dia yang hanya seorang kuli batu. Namun, ekonomi keluarga menyurutkan niatnya untuk melihat anaknya bisa berhasil hingga ke perguruan tinggi.

Tapi Sang pencipta punya cerita lain untuk hidupnya. Si Bungsu dari 3 bersaudara, Samsul Hadi yang kerap disapa samsul menjadi cara Tuhan menaik harga diri keluarga. Meskipun lahir dan berkembang dalam keluarga yang kurang mampu, namun semangat samsul untuk sukses tetap membara. Tak peduli apa dan bagaimana latar belakang keluarganya membuat samsul tetap berjuang meraih kesuksesan.

Samsul dan Keberuntunganya

Sejak lulus dari SMA Negeri 2 Pare pada tahun 2007, Samsul Hadi diterima kuliah di Jurusan Teknik Informatika ITS Surabaya melalui jalur SNMPTN pada tahun yang sama. Lagi-lagi finansial merupakan kendala utama Samsul dalam upaya meraih cita-citanya. Meski rasa gelisah menyelimutinya, tapi dewi fortuna masih berpihak padanya.

Beruntung kesulitan Samsul terdengar oleh Ibu Haryanti Sutrisno bahwa ada putra-putri asli Kabupaten Kediri yang punya semangat dan tekad belajar yang tinggi namun tidak mampu melanjutkan karena masalah ekonomi. Saat itu bu Haryati Sutrisno belum menjabat sebagai Bupati Kediri, namun kepedulian beliau terhadap pendidikan membuat beliau memberikan bantuan berupa beasiswa kepada Samsul melalui program GNOTA (Gerakan Nasional Orang Tua Asuh).

Samsul Hadi adalah potret pribadi yang cerdas, mandiri, dan bersahaja. Meskipun sejak kecil Samsul hadi terbiasa hidup sederhana bahkan dapat dibilang kekurangan dalam hal ekonomi,  sehingga dalam kesehariannya dia terpaksa ikut membantu pekerjaan keluarganya sebagai petani. Namun hal itu tidak menjadi penyurut semangatnya untuk meraih mimpinya untuk mengenyam pendidikan setinggi mungkin. Hal ini tercermin dari bangku pendidikannya yang selalu masuk di sekolah favorit di Kabupaten Kediri sejak tingkat SD sampai dengan SMA Negeri di Kabupaten Kediri.

Berkat bantuan moral dari keluarga dan kerabatnya serta bantuan finansial dari orangtua asuhnya, akhirnya Samsul dapat menyelesaikan kuliahnya sehingga berhak menyandang gelar Sarjana Komputer dari ITS Surabaya yang notabene merupakan salah satu PTN (Perguruan Tinggi Nasional) Favorit di Indonesia. Kebahagiaan tersirat diwajah kedua orangtuanya, hal yang tak pernah dibayangkan dapat terjadi dalam hidupnya.

Keberuntungan Samsul belum berhenti sampai disitu. Setelah menyandang gelar S1, Samsul mendapatkan Beasiswa S2 dari NTUST Taiwan dengan mengambil jurusan Manajemen Informasi di Taiwan. Ia tidak menyia-nyiakan apa yang tengah diraihnya. Kehidupannya saat sulit, kerja keras orangtuanya menjadi semangat baginya untuk fokus dalam studinya. Ketekunan belajarnya membawa Samsul dapat menyelesaikan studinya tepat waktu selama dua tahun di Taiwan dan dia pun dinyatakan lulus meraih gelar master pada tahun 2014.

Samsul tak pernah lupa akan pengorbanan orangtuanya. Pekerjaan sebagai kuli batu bukanlah pekerjaan yang mudah, hasil yang di dapat tidak sesuai dengan beban yang ditanggung. Maka itu setelah menyelesaikan S2nya, Samsul kembali ke tanah air untuk pulang ke kampung halamannya di Desa Ngesong Kecamatan Plemahan Kabupaten Kediri untuk menjenguk orang tuanya dan untuk mengucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya secara langsung kepada Ibu Haryanti Sutrisno atas bantuan dan dukungan yang pernah diberikan kepadanya.

Masa-masa sulitnya dalam menggapai mimpi untuk menyelesaikan sekolah setinggi mungkin sudah dilewatinya. Samsul kini menjadi seseorang dengan gelar master di belakang namanya. Suatu hal yang membanggakan bagi keluarganya dan yang terpenting bagi dirinya. Hal yang tak mungkin kini menjadi mungkin. Seorang anak kuli bisa berhasil menyelesaikan S2 dengan gelar Master of Information Management In Information Security dari NTUST Taiwan dengan kemampuan yang dimilikinya.

Di saat yang berbahagia, Samsul mendapatkan undangan silaturahmi dari Ibu Bupati dalam nuansa lebaran Idul fitri dan mendapatkan ucapan selamat dari Ibu Bupati atas gelar master yang dimiliki Samsul. “Insya Alloh tahun depan saya ingin mengambil S3, saya juga berharap pada adik-adik yang senasib dengan saya jangan patah semangat untuk menempuh pendidikan setinggi-tingginya walau dalam keadaan apapun dimanapun, yang terpenting usaha keras, berdoa, tanpa menyerah Insya Alloh jalan masih ada”, tandas Samsul.

Untuk mewujudkan rasa syukur terhada, Sap keberhasilannya, Samsul merasa apa yang dimilikinya harus bisa dibagikan kepada semua orang. Ia ingin menyumbangkan  tenaga dan  pikirannya untuk masyarakat Kediri serta mengamalkan ilmu yang diperolehnya untuk turut  memajukan bangsa dan  negara. Karena keberhasilan yang dimilikinya  merupakan andil dari banyak pihak yang percaya kepadanya.