SAMSUL, ANAK KULI YANG BERHASIL
(Inspirasi)
Negeri
ini adalah negeri dengan jumlah populasi
penduduk sekitar 254 juta. Berlimpahnya sumber daya manusia membuat negeri ini
kehabisan lahan untuk menampung para pengangguran. Mereka yang harusnya bekerja
untuk melanjutkan hidup mereka, hanya bisa pasrah meratapi persaingan yang
semakin sulit. Merekalah orang-orang yang sebagian besar memiliki nasib yang
kurang beruntung dan mendominasi negeri ini.
Latar
belakang yang tidak mendukung mereka untuk bersaing mengejar keberhasilan.
Bangku- bangku dengan jabatan yang menjanjikan kesuksesan hanya khayalan bagi
mereka, karena latar belakang pendidikan mereka yang tidak memenuhi syarat
untuk bergabung di perusahaan-perusahaan elit di negeri ini. Jangankan untuk
bekerja, untuk berwirausaha pun sulit bagi mereka. krisisnya ekonomi di negeri
ini juga menjadi penghambat mereka untuk berdiri sendiri.
Pendidikan
adalah hal penting untuk sebagian besar penduduk di Indonesia. Tak jarang
mereka yang sudah pesimis terhadap nasib pendidikan anak-anak mereka, membuat
mereka lebih memilih untuk berhenti mengejar ilmu. Alasannya pun beragam, namun
alasan yang paling sering di dengar adalah karena mereka merasa nasib mereka
tak akan berubah hanya karena sekolah. Sehingga mereka lebih memilih mengajak
anak-anaknya untuk bekerja berjuang bersama mereka untuk mencari pundi-pundi
rupiah.
Di
jaman yang serba mahal seperti saat ini, jangankan untuk mengenyam pendidikan
untuk makan pun dirasa sulit. Itu lah yang sering dirasakan Sukarto seorang
kuli batu bersama sang isteri Katmiati. Mereka adalah sebagian kecil potret kemiskinan di negeri kita. Keluarga
sederhana yang menghabiskan waktunya untuk mengumpulkan batu di Desa Ngesong
Kecamatan Plemahan Kabupaten Kediri ini bekerja sepanjang hari hanya sekedar
untuk bisa mengisi perut.
Sukarto
hanya seorang kuli batu di desa, tak banyak yang bisa ia harapkan dari
pekerjaannya itu. Untuk bisa menyekolahkan anaknya hingga 9 tahun saja sudah
dirasa sangat berhasil baginya. Kadang ia berangan untuk bisa menyekolahkan
anaknya hingga perguruan tinggi dan berharap anaknya dapat sukses dan berhasil.
Tidak seperti dia yang hanya seorang kuli batu. Namun, ekonomi keluarga
menyurutkan niatnya untuk melihat anaknya bisa berhasil hingga ke perguruan
tinggi.
Tapi
Sang pencipta punya cerita lain untuk hidupnya. Si Bungsu dari 3 bersaudara,
Samsul Hadi yang kerap disapa samsul menjadi cara Tuhan menaik harga diri
keluarga. Meskipun lahir dan berkembang dalam keluarga yang kurang mampu, namun
semangat samsul untuk sukses tetap membara. Tak peduli apa dan bagaimana latar
belakang keluarganya membuat samsul tetap berjuang meraih kesuksesan.
Samsul dan Keberuntunganya
Sejak
lulus dari SMA Negeri 2 Pare pada tahun 2007, Samsul Hadi diterima kuliah di
Jurusan Teknik Informatika ITS Surabaya melalui jalur SNMPTN pada tahun yang
sama. Lagi-lagi finansial merupakan kendala utama Samsul dalam upaya meraih
cita-citanya. Meski rasa gelisah menyelimutinya, tapi dewi fortuna masih
berpihak padanya.
Beruntung
kesulitan Samsul terdengar oleh Ibu Haryanti Sutrisno bahwa ada putra-putri
asli Kabupaten Kediri yang punya semangat dan tekad belajar yang tinggi namun
tidak mampu melanjutkan karena masalah ekonomi. Saat itu bu Haryati Sutrisno
belum menjabat sebagai Bupati Kediri, namun kepedulian beliau terhadap
pendidikan membuat beliau memberikan bantuan berupa beasiswa kepada Samsul
melalui program GNOTA (Gerakan Nasional Orang Tua Asuh).
Samsul
Hadi adalah potret pribadi yang cerdas, mandiri, dan bersahaja. Meskipun sejak
kecil Samsul hadi terbiasa hidup sederhana bahkan dapat dibilang kekurangan
dalam hal ekonomi, sehingga dalam
kesehariannya dia terpaksa ikut membantu pekerjaan keluarganya sebagai petani.
Namun hal itu tidak menjadi penyurut semangatnya untuk meraih mimpinya untuk
mengenyam pendidikan setinggi mungkin. Hal ini tercermin dari bangku
pendidikannya yang selalu masuk di sekolah favorit di Kabupaten Kediri sejak
tingkat SD sampai dengan SMA Negeri di Kabupaten Kediri.
Berkat
bantuan moral dari keluarga dan kerabatnya serta bantuan finansial dari
orangtua asuhnya, akhirnya Samsul dapat menyelesaikan kuliahnya sehingga berhak
menyandang gelar Sarjana Komputer dari ITS Surabaya yang notabene merupakan
salah satu PTN (Perguruan Tinggi Nasional) Favorit di Indonesia. Kebahagiaan
tersirat diwajah kedua orangtuanya, hal yang tak pernah dibayangkan dapat
terjadi dalam hidupnya.
Keberuntungan
Samsul belum berhenti sampai disitu. Setelah menyandang gelar S1, Samsul mendapatkan
Beasiswa S2 dari NTUST Taiwan dengan mengambil jurusan Manajemen Informasi di
Taiwan. Ia tidak menyia-nyiakan apa yang tengah diraihnya. Kehidupannya saat
sulit, kerja keras orangtuanya menjadi semangat baginya untuk fokus dalam
studinya. Ketekunan belajarnya membawa Samsul dapat menyelesaikan studinya
tepat waktu selama dua tahun di Taiwan dan dia pun dinyatakan lulus meraih
gelar master pada tahun 2014.
Samsul
tak pernah lupa akan pengorbanan orangtuanya. Pekerjaan sebagai kuli batu
bukanlah pekerjaan yang mudah, hasil yang di dapat tidak sesuai dengan beban
yang ditanggung. Maka itu setelah menyelesaikan S2nya, Samsul kembali ke tanah
air untuk pulang ke kampung halamannya di Desa Ngesong Kecamatan Plemahan
Kabupaten Kediri untuk menjenguk orang tuanya dan untuk mengucapkan rasa terima
kasih sebesar-besarnya secara langsung kepada Ibu Haryanti Sutrisno atas
bantuan dan dukungan yang pernah diberikan kepadanya.
Masa-masa
sulitnya dalam menggapai mimpi untuk menyelesaikan sekolah setinggi mungkin
sudah dilewatinya. Samsul kini menjadi seseorang dengan gelar master di
belakang namanya. Suatu hal yang membanggakan bagi keluarganya dan yang
terpenting bagi dirinya. Hal yang tak mungkin kini menjadi mungkin. Seorang
anak kuli bisa berhasil menyelesaikan S2 dengan gelar Master of Information
Management In Information Security dari NTUST Taiwan dengan kemampuan yang
dimilikinya.
Di
saat yang berbahagia, Samsul mendapatkan undangan silaturahmi dari Ibu Bupati
dalam nuansa lebaran Idul fitri dan mendapatkan ucapan selamat dari Ibu Bupati
atas gelar master yang dimiliki Samsul. “Insya Alloh tahun depan saya ingin
mengambil S3, saya juga berharap pada adik-adik yang senasib dengan saya jangan
patah semangat untuk menempuh pendidikan setinggi-tingginya walau dalam keadaan
apapun dimanapun, yang terpenting usaha keras, berdoa, tanpa menyerah Insya
Alloh jalan masih ada”, tandas Samsul.
Untuk
mewujudkan rasa syukur terhada, Sap keberhasilannya, Samsul merasa apa yang
dimilikinya harus bisa dibagikan kepada semua orang. Ia ingin menyumbangkan tenaga dan pikirannya untuk masyarakat Kediri serta mengamalkan
ilmu yang diperolehnya untuk turut memajukan bangsa dan negara. Karena keberhasilan yang
dimilikinya merupakan andil dari banyak
pihak yang percaya kepadanya.